Wednesday, November 25, 2015
Barasuara
Barasuara - Bahas Nyala Barasuara
Ya ampun, kemana saja aku baru tahu tentang band keren ini!. Barasuara. Kalau saja bukan karena sebuah artikel yang mengatakan bahwa ada band lokal bagus bernama Barasuara dengan album super keren berjudul Taifun, aku pasti tidak akan pernah mengenal band ini. Memang aku nggak update banget belakangan ini. Ough!
Cover album Taifun |
Album Taifun berisi 9 lagu. Yang membuat band ini beda dari band-band (indie) kebanyakan, sama sekali tidak ada lagu berjudul atau berlirik bahasa Inggris yang lazim ditemui dalam band-band indie lokal saat ini. Semua lagu berbahasa Indonesia dengan lirik yang puitis dengan bahasa baku. Ya, baku! Bahasa yang dipakai dalam lirik-lirik lagu mereka mungkin jarang kita dengar atau malah sama sekali mungkin belum pernah kita dengar. Makna lagu-lagunya dalam dan penuh kiasan. Lirik-lirik mereka bercerita tentang semangat, kenangan dan kemerdekaan pikiran. Uniknya lagi, tidak akan kita temui kata 'aku' atau 'saya' dalam lirik-lirik lagunya. 'Kau', 'kamu', 'kita', 'mereka' adalah kata-kata yang selalu tercantum dalam lirik di setiap lagunya. Seolah-olah lagu-lagu dalam album ini dibuat untuk kita para pendengarnya; sebagai ajang nasehat atau sindiran. Seperti salah satu lirik lagu berjudul Mengunci Ingatan ini:
Pagimu yang terluka
Malammu yang menyiksa
Hal yang ingin kau lupa
Justru semakin nyata
Hmm... Mengunci Ingatan-lah lagu yang langsung membuatku jatuh hati. Bukan karena musiknya tapi karena liriknya yang ah.. aku banget! Hikss.. Dan lama-kelamaan, musiknya pun ternyata enak didengar. Lagu berikutnya yang membuatku jatuh hati adalah Tarintih, terutama alunan musiknya di lirik "Terlambatkah sudah, surga di telapak kakimu?" sumpah keren banget. Ah, pokoknya semua lagu di album Taifun ini memang bagus-bagus dan asik didengerin. Ternyata album ini dipersiapkan dalam kurun waktu tiga tahun. Pantas saja materi albumnya sudah matang dan berkualitas begini.
Usut punya usut, ternyata para personil Barasuara bukanlah orang baru di dunia musik. Personil Barasuara terdiri dari Iga Massardi (vokal/gitar), TJ Kusuma (gitar), Gerald Situmorang (bass), Marco Steffiano (drum), Asteriska (vokal) dan Puti Chitara (vokal). Iga Massardi sendiri ternyata mantan personil band The Trees and The Wild, Tika and The Dissidents dan Soulvibe. Masih nggak percaya kalau Iga Massardi adalah personil TTaTW soalnya musiknya beda banget. Aku kurang bisa menikmati lagu-lagu dari TTaTW tapi beda dengan Barasuara ini yang langsung mendapat tempat di hatiku. Lebih kaget lagi ternyata dia juga personil Tika and The Dissidents. Astaga, benar-benar nggak update info banget aku!. Sementara Gerald Situmorang pernah mengiringi musisi jazz Indra Lesmana, Eva Celia, Tohpati, Dewa Budjana, Monita. Dia juga punya beberapa proyek band sendiri seperti Sketsa, Hemiola
Quartet, Bag+Beat, dan Gerald Situmorang Trio. Sedangkan Marco Steffiano adalah pengisi drum dari band pengiring penyanyi Raisa.
Genre musik Barasuara sendiri tidak bisa digolongkan hanya dalam satu jenis musik saja. Musik yang mereka mainkan terdiri dari berbagai aliran seperti indie, experimental, psychedelic, rock, folk, blues dan jazz. Dan ternyata, performance live mereka (katanya) jauh lebih keren dan seru. Andai aku punya kesempatan melihat mereka main secara langsung. Entah kapan mereka bakal main di kotaku..ahhh...
Kalau mau tahu lebih banyak tentang band ini, silahkan langsung ke websitenya barasuara.com. Disitu juga tertulis lengkap lirik-lirik lagu mereka. Dan silahkan dengarkan salah satu lagu mereka yang mempunyai lirik yang bagus dan cerdas ini, Bahas Bahasa dengan video klipnya yang unik.
Source: Dari berbagai sumber
Thursday, April 9, 2015
Koleksi Struk
Abis bersih-bersih, eh malah nemu tumpukan kertas-kertas yang ternyata isinya struk belanja, struk makan, struk karaoke, struk sewa DVD, dan struk-struk lainnya.
Nah, sekarang aku bingung itu struk mau diapain?! :-D
Ada yang suka ngumpulin struk juga nggak kayak aku? Share ceritanya, dong! ^^
Labels:
Koleksi Struk,
Struk
Tuesday, February 10, 2015
Diary Perjalanan Part 3
Thursday, 29 January 2015 - Twelfth Day
Setelah tiga hari di Jogja dengan menulis kisah perjalanan part 2, akhirnya kembali lagi ke Jakarta. Harusnya, sih rencana berikutnya ke Bandung, tapi karena suatu hal yang miscommunication entah misunderstanding antara aku dan temanku yang kostnya bakal jadi tempat nginap selama di Bandung nanti, akhirnya malah batal. Sedih plus kecewa banget sebenarnya. Marah juga, sih! Bandung pun tinggal kenangan :(.
Akhirnya putar otak, mencari tempat nginap beberapa hari sebelum balik ke Medan. Sedih banget nggak punya saudara di kota lain gini, alhasil harus pindah-pindah tempat nginap karena nggak enak kalo lama-lama nginap di rumah teman atau kenalan. Langsung keingat sama my best friend, Ira yang sekarang tinggal di Depok. Langsung nelpon dia dan minta ijin nginap di rumahnya, sekalian liat baby-nya yang masih 5 bulan. Jadi begitu nyampe Jakarta jam 1 pagi tadi, langsung tidur panjang sampe jam 8 pagi baru bangun. Siangnya langsung berangkat lagi ke Depok (sendirian). Untung ada yang mau nemenin dari St. Bekasi ke St. Depok *yihaa. Thanks a lot my darling *kissu. Ternyata di Depok sekarang ada dua stasiun; St. Depok dan St. Depok Baru. Nah, aku malah salah beli tiket ke St. Depok lama, padahal harusnya ke St. Depok Baru :D. Untung aja suami Ira mau jemput ke St. Depok lama.
Depok hujan gerimis saat itu. Akhirnya setelah menerjang gerimis selama beberapa hampir 30 menit, nyampe juga di rumah Ira di Asrama Divisi 1 Kostrad Cilodong Depok. Yup, suami Ira tuh tentara. Akhirnya bisa ketemu lagi sama Ira setelah terakhir ketemu waktu dia nikah tahun lalu. Waktu cepat banget, ya berlalu.. tau-tau Ira udah punya anak aja; Firzha namanya. Firzha lucu banget, gendut lagi. Wah.. wah.. hujan gerimisnya masih nggak berhenti juga sampe malam...
No planning today! Hari ini cuma di rumah aja, apalagi seharian hujan terus. Tapi hari ini bisa nikmatin juga yang namanya oncom. Yeah, finally! Udah lama banget penasaran sama makanan tersebut.
Sorenya jajan baso bandung yang lewat di depan rumah. Murah, cuma Rp 3500. Enak lagi :D
Hari ini rencananya ke Kota Tua di Jakarta. Jam 9 kita berangkat dari rumah menuju St. Depok Baru naik angkot. Ternyata, angkot di sini nggak banyak kayak di Medan. Bahkan angkot yang aksesnya ke tempat Ira cuma satu doang. Untuk ke Kota Tua, ditempuh dengan naik commuter line jurusan Jakarta kota. Nggak perlu transit. Sekitar satu jam lebih akhirnya kita nyampe juga di Kota Tua. Berhubung weekend, jadinya rame. Apalagi kalo hari minggu, lebih rame lagi katanya.
Pengen masuk ke Museum Fatahillah, tapi ternyata tutup. Kita cuma masuk ke Musem Wayang doang dengan tiket masuknya 5k.
Me and Ira
Puas (belum puas, sih sebenarnya) dari Museum Wayang, lesehan bentar di gedung tua. Beli es selendang mayang yang ternyata enak. Lupa difoto saking keenakan minumnya :D
Firzha.. kawaii.. |
Cuma sekitar 2 jam aja di Kota Tua trus abis itu kita balik. Apalagi cuaca panas banget, kasian Firzha kepanasan. Malamnya nyobain seblak, makanan khas bandung yang dibuat dari kerupuk yang direbus dan dimasak dengan bumbu seperti bawang merah, bawang putih, garam, kencur, dan cabe rawit. Padahal aku nggak begitu suka makanan pedas tapi entah kenapa makan seblaknya pengen nambah terus. Nggak lama, sepupu Ira datang. And you know what, ternyata Bang Defri, dosen sekaligus pembimbing Tugas Akhir aku waktu kuliah D1 dulu. Dulu hampir tiap hari main ke rumah Bang Defri, soalnya Ira tinggal bareng sama dia. Ah.. jadi kangen masa-masa kuliah dulu..
Sunday, 01 February 2015 - Fifteenth Day
Wah, ternyata udah Februari aja. Jadwal hari ini ngedate hihihi.. Dari tadi malam hujan terus sampe pagi ini masih gerimis. Ini pertama kalinya naik commuter line sendirian ke Jakarta. Untung kemarin udah ke Kota Tua, jadi udah paham. Tinggal liat rute aja di kereta plus harus pasang telinga lebar-lebar biar nggak salah dengar waktu pengumuman berhenti di stasiun mana. Janjian with my honey di Bintaro Plaza (BP). Dari Depok transit dulu ke St. Tanah Abang baru entar berhenti di St. Pondok Ranji. Hampir aja aku salah turun kalo aja nggak nanya keretanya turun dimana sama salah seorang penumpang. Soalnya pengumumannya nggak kedengaran dari gerbong belakang. Eh, hujannya ternyata malah makin deras aja. My honey udah nungguin di stasiun pake payung ^^. Jalan berduaan pake payung ditengah hujan deras, udah kayak di film-film drama romance aja hehehe.. Tapi bukannya romantis yang didapat, malah sepatuku basah sampe ke bagian dalamnya kena hujan *hikss..
Begitu nyampe BP dengan berbasah-basah ria, langsung ke toilet bersihin badan dan sepatu yang nggak tau lagi bentuknya =.=. Abis itu ke Gramed bentar lalu makan di Hokben. Ini makan di Hokben kedua kalinya setelah kencan pertama sabtu lalu^^. Pengennya di Hanamasa tapi dia nggak mau *hikss.. Maklumlah, di Medan nggak ada soalnya :D. Abis makan bingung mau kemana. Aku maunya nonton tapi dia nggak mau dan ngajak ke rumahnya aja. Tapi aku keukeuh mau nonton. Berhubung nggak ada film bagus di situ, akhirnya kita ke Lotte. Tadinya mau nonton Rock n Love tapi berhubung nggak ada, akhirnya nonton Seventh Son. Nggak tau, deh tuh film apaan. Dia bilang filmnya jelek tapi aku lagi-lagi keukeuh pengen nonton itu :D. Eh, ternyata emang filmnya jelek *sorry honey.
Abis dari bioskop, baru deh ke rumahnya. Ini kedua kalinya juga ke rumahnya. Nggak tau apa bakal bisa ke sana lagi atau nggak nantinya :(. Eh, tanpa terasa udah sore aja. Mana masih hujan lagi. Begitu udah di kereta, malah dapat sms dari Ira yang bilang kalo angkot ke Cilodong udah nggak ada lagi malam, batasnya jam 5 sore *pingsan. Sedangkan aku jam segitu masih di kereta. Asli, di kereta diam aja, mikir gimana nih baliknya?. Bahkan ketika udah nyampe di stasiun pun, aku masih nggak bisa mikir. Nanya sana-sini siapa tau masih ada angkot atau bus ke Cilodong. Nelpon Ira berkali-kali sampe pulsa abis. Tapi nihil. Akhirnya dengan keputusasaan dan uang yang pas-pasan, naik taksi juga. Asli udah nggak bisa mikir lagi. Mana ini pertama kali lagi naik taksi sendirian. Macet pula. Begitu nyampe di asrama kostrad, aku malah lupa di blok mana rumah Ira. Berkali-kali nelponin Ira tapi karena liatin argo yang jalan terus, aku jadi panik dan nggak konsen. Alhasil minta berhenti di entah blok berapa trus minta jemput Ira. Kena 65k naik taksinya *argghh!!
Monday, 02 February 2015 - Sixteenth Day
Hari ini harus balik ke Joglo lagi karena besok udah harus pulang ke Medan. Sebelum balik, beli tiket pesawat dulu ke kota. Diantar Ira cuma sampe simpang, abis itu harus cari sendiri travel langganan Ira yang katanya nggak jauh dari simpang. Eh, ternyata aku nyasar kejauhan. Mana waktu nanya sama seorang bapak, diliatin aja lagi dari atas sampe bawah *hiii.. Begitu urusan kelar, akhirnya saatnya pamit sama Ira. Kok kayaknya berat, ya mau balik? Kayaknya masih belum rela, nih balik ke Medan *eh
Ini pengalaman naik kereta sendirian kedua kalinya. Dari Depok ke Tanah Abang lancar jaya dan dapat tempat duduk. Giliran transit dan milih di gerbong khusus wanita, eh ternyata penuh dan sesak *salah pilih. Mana bawa ransel gede lagi. Untung dapat tempat duduk. Turun di Kebayoran trus lanjut naik metromini 70 jurusan Joglo. Nah, nyariin dimana kopajanya sampe nyasar-nyasar ke pasar entah mana. Mana bawa ransel gede lagi, capek banget jalan kesana kemari, nanya-nanya siapa aja yang bisa ditanya sampe akhirnya menemukan metromini 70. Harap-harap cemas di metromini soalnya ini pertama kali naik sendirian. Mana rutenya aku nggak tau lagi, cuma ngandelin info dari Rahma dan my honey doang. Berkali-kali liat sekeliling, takut kalo nggak ada penumpang wanita atau tinggal aku sendiri penumpangnya. Mana metromininya ngebut lagi, ngambil rute transjakarta seenaknya. Ternyata apa yang diberitakan selama ini benar adanya; metromini suka ugal-ugalan dan jalan yang bukan dilintasannya. Begitu udah sampe Joglo aku malah lupa dimana gang rumah saudara Rahma. Sampe akhirnya tinggal aku sendirian penumpangnya dan diturunkan di pemberhentian kopaja di Joglo. Aku nyasar lagi *hiks. Nanya sama orang yang disitu, eh dianya juga nggak tau dimana komplek keuangan Joglo. Nelpon Rahma, dia juga nggak tau dimana pastinya posisi aku saat itu jadi nggak bisa ngasi gambaran kemananya. Ya udah modal nekat aja jalan ke depan dan nanya sama orang jualan. Eh, ternyata oh ternyata nggak jauh lagi kompleknya, ada di ujung persimpangan. Syukurlah! Begitu nyampe di gang, keliatan Rahma yang lagi berjalan ke arahku sambil senyum-senyum. Benar-benar perjuangan berat hari ini.
Tuesday, 03 February 2015 - Seventeenth Day
Jam 10 pagi udah berangkat dari rumah menuju bandara. Check in jam 11.30. Sempat nunggu lama juga di bandara sampe akhirnya pesawat terbang sekitar jam 13.10. Baru kali ini dapat tempat duduk di bagian paling belakang dan ternyata terasa banget goncangannya. Dua jam kemudian nyampe di Medan. My daddy udah nunggu di bandara. Akhirnya kembali lagi ke Medan. Senang tapi sedih juga. Kok, sisi hatiku masih belum puas, ya?! Masih belum pengen balik rasanya. Yah, semoga saja kelak bisa kembali lagi ke Jakarta, Depok, Jogja dan bisa ke tempat-tempat lainnya juga^^.
Labels:
Depok,
Diary Perjalanan,
Kota Tua,
Vacation
Sunday, February 8, 2015
Diary Perjalanan Part 2 - Jogja
Sambungan dari part 1 kemarin, kali ini kita lanjutkan lagi kisah perjalananku.
Monday, 26 January 2015 - Ninth Day
1st Day in Jogja
Tepat pukul 05.11 tiba di Jogja dengan menempuh waktu sekitar 8 jam naik kereta. Udaranya dingin banget. Begitu keluar stasiun ternyata udah terang. Langsung ditawarin sama supir taksi dan tukang becak. Akhirnya setelah nego bentar, naik becak dengan harga 5k, kita diantarin ke losmen murah meriah di jalan Sosrowijayan dekat Malioboro. Harga kamarnya 150k. Harga kamarnya bervariasi. Karena kita bertiga, harganya segitu. Sedangkan yang berdua 120k. Kamarnya lumayan gede juga dengan kamar mandi di dalam dan ada kipas angin. Bisa minum kopi/teh gratis juga. Karena kecapekan, kita ketiduran semua begitu nyampe di losmen. Sekitar jam 10 udah janjian sama tukang becak yang tadi diajak berkeliling Jogja dengan tarif 50k.
Berhubung naik becaknya bertiga dan posisi duduknya di depan, jadi susah kalo mau nyatat-nyatat. Alhasil aku nggak bisa (dan nggak ingat) nama-nama jalan yang ku lewati ketika berkeliling di seputaran kota Jogja. Kita diajak ke toko-toko yang menjual souvenir seperti toko perak dan perhiasan lainnya. Harganya, mahal banget ternyata! Kita cuma liat-liat aja sebentar. Paling murah kalo nggak salah sekitar 25k. Model-modelnya, sih emang bagus dan cantik. Kalo aja aku punya uang banyak, pasti deh aku beli satu-dua buah perhiasannya. Dari toko perhiasan, kita dibawa ke toko yang menjual lukisan. Disitu sekalian bisa belajar membatik juga. Kisaran harga untuk belajar membatik sekitar 150k sampai bisa. Dan ternyata harganya berbeda antara turis lokal dan mancanegara. Salah seorang temanku membeli lukisan mini dari kain yang dibatik dengan harga 70k hasil tawar menawar yang sengit. Harga aslinya kisaran 130k. So, kalo kalian berminat beli lukisan, jangan takut untuk menawar harganya. Asiknya, disitu kita bisa bebas berfoto ria, loh!
*Click picture for bigger size
Berhubung naik becaknya bertiga dan posisi duduknya di depan, jadi susah kalo mau nyatat-nyatat. Alhasil aku nggak bisa (dan nggak ingat) nama-nama jalan yang ku lewati ketika berkeliling di seputaran kota Jogja. Kita diajak ke toko-toko yang menjual souvenir seperti toko perak dan perhiasan lainnya. Harganya, mahal banget ternyata! Kita cuma liat-liat aja sebentar. Paling murah kalo nggak salah sekitar 25k. Model-modelnya, sih emang bagus dan cantik. Kalo aja aku punya uang banyak, pasti deh aku beli satu-dua buah perhiasannya. Dari toko perhiasan, kita dibawa ke toko yang menjual lukisan. Disitu sekalian bisa belajar membatik juga. Kisaran harga untuk belajar membatik sekitar 150k sampai bisa. Dan ternyata harganya berbeda antara turis lokal dan mancanegara. Salah seorang temanku membeli lukisan mini dari kain yang dibatik dengan harga 70k hasil tawar menawar yang sengit. Harga aslinya kisaran 130k. So, kalo kalian berminat beli lukisan, jangan takut untuk menawar harganya. Asiknya, disitu kita bisa bebas berfoto ria, loh!
*Click picture for bigger size
Selanjutnya kita dibawa ke toko yang menjual t-shirt yang terkenal dari Jogja, Dagadu. Menurut si empunya toko, mereka menjual dagadu asli dan yang palsu. Yang asli kisaran harganya sekitar 80-150k. Sedangkan yang palsu setengah harga dari yang asli. Aku cuma bisa beli yang palsu aja untuk kedua adikku, sedangkan kedua temanku masing-masing membeli sebuah kaos aja. Setelah itu kita diajak ke keraton tapi berhubung udah siang, keratonnya udah keburu tutup.
It's lunch time! Cari tempat makan yang murah meriah aja. Kita dibawa ke pasar Karangasem. Ada lotek. Pengen nyobain lotek tapi ternyata loteknya udah abis. Alhasil aku pesan kupat tahu. Mirip-mirip sama gado-gado dan pecal gitu, deh! Seporsi harganya 7k. Eh, ternyata abis googling, baru tau kalo lotek itu makanan khas Sunda bukan Jogja. Setelah selesai makan, tujuan akhir dari jalan-jalan seputaran kota Jogja berakhir di tempat penjualan Bakpia. Belinya satu kotak aneka rasa aja dulu, entar begitu mau balik baru beli lagi. Perjalanan siang menuju sore ini pun berakhir dan kita kembali ke losmen untuk istirahat.
Tiba-tiba salah seorang teman dari forum sms dan mengatakan bahwa dia akan mampir sepulang kerja. Singkat cerita, Mas Ilyas pun datang. Ngobrol-ngobrol bentar sampai akhirnya ngajak jalan keluar. Beliau pun mulai menelepon anak-anak forum yang lainnya. Hampir dua jam kemudian barulah Diko dan Mas Adit muncul. Dengan mengajak kedua temanku, akhirnya kita keluar mencari tempat makan. Diajak makan oseng mercon. You know what, sumpah tuh makanan pedas banget! Oseng mercon sendiri berasal dari daging sapi pada bagian lemak, kulit, kikil dan sedikit daging dan diracik dengan bumbu rempah-rempah, gula jawa dan cabai rawit. Nggak heran, rasanya luar biasa pedas gitu. Seporsi oseng mercon harganya 16k. Cukup mahal.
Oseng mercon (*kameranya jelek) |
Hasil jepretannya
*Klik untuk memperbesar
Tuesday, 27 January 2015 - Tenth Day
2st Day in Jogja
Bangun jam 4 pagi. Jam 5 bersiap untuk menuju ke Borobudur. Kirain tadinya bakal banyak yang ikut trip ke Borobudur-Prambanan ini, eh ternyata hanya aku dan Rahma berdua aja. Jadilah kita seperti lagi naik mobil pribadi. Oh, ya biaya trip ini 110k dari jam 5 pagi sampai jam 2 siang. Banyak, sih paket lainnya tapi kita ambil paket yang sesuai dengan isi dompet :).
Ternyata Borobudur itu jauh. Kira-kira 1.5 jam deh kalo nggak salah. Kirain, nih karena masih pagi, bakalan sepi, eh ternyata udah rame aja. Bahkan terlihat banyak turis asing. Kalo dipikir-pikir lagi, ternyata emang enakan datangnya pagi gini, nggak panas. Tiket masuknya 35k. Mulailah gairah bernarsis ria kumat. Jepret sana-sini dengan berbagai pose.
Bangun jam 4 pagi. Jam 5 bersiap untuk menuju ke Borobudur. Kirain tadinya bakal banyak yang ikut trip ke Borobudur-Prambanan ini, eh ternyata hanya aku dan Rahma berdua aja. Jadilah kita seperti lagi naik mobil pribadi. Oh, ya biaya trip ini 110k dari jam 5 pagi sampai jam 2 siang. Banyak, sih paket lainnya tapi kita ambil paket yang sesuai dengan isi dompet :).
Ternyata Borobudur itu jauh. Kira-kira 1.5 jam deh kalo nggak salah. Kirain, nih karena masih pagi, bakalan sepi, eh ternyata udah rame aja. Bahkan terlihat banyak turis asing. Kalo dipikir-pikir lagi, ternyata emang enakan datangnya pagi gini, nggak panas. Tiket masuknya 35k. Mulailah gairah bernarsis ria kumat. Jepret sana-sini dengan berbagai pose.
Pengarah gaya dan fotografer: Rahma :) |
Me and Rahma |
Nah, itu sarung dikasi pinjam, sekalian melestarikan acara bersarung ria. Sayang, nggak bisa dibeli sarungnya. Rahma pengen banget sarung itu, loh! Berhubung kita nggak pake guide, jadinya kita sering curi-curi dengar kalo ada guide yang lagi nerangin soal Borobudur ini ke turis asing, hehehe.. Sayang, nggak boleh masuk ke dalamnya! Padahal penasaran pengen liat isi dalamnya gimana.
Nggak terasa udah 1.5 jam mengamati Borobudur plus bernarsis ria. Mengingat jadwal cuma sampai jam 2 siang dan perjalanan masih jauh, akhirnya kita pun balik. Ternyata area keluarnya langsung menuju ke tempat penjualan souvenir. Sebenarnya kita nggak tertarik pengen beli souvenir lagi berhubung uang udah menipis tapi entah kenapa gara-gara Rahma tertarik dengan gantungan kunci yang cantik dan murah meriah cuma @1500, alhasil kita pun jadi beli beberapa gantungan kunci dan t-shirt. You know what, ternyata harga kaos disini miring, 50k/3 pieces. Bahannya sama dengan kaos dagadu KW kemarin. Ough!! Nyesal banget beli kaos kemarin. Tau gini, mending beli disini aja. Bisa beli banyak. Ah.. akhirnya aku cuma bisa beli 1 kaos doang! Sempat nyobain es dawet dan ternyata beda sama es dawet yang ada di Medan. Harganya 5k dan lebih enak. Setelah itu kita cari makan, belum sarapan soalnya. Pesan nasi gudeg 2 porsi @15k/porsi. Minumnya teh hangat. Oh, ya di Jogja, tuh selalu menyediakan teh hangat (tanpa gula), beda dengan di Medan yang justru kebanyakan menyediakan teh manis dingin.
Perjalanan selanjutnya ke Prambanan. Tapi sempat singgah bentar ke Candi Mendut. Biaya masuknya cuma Rp 3500. Ternyata candinya cuma satu, lumayan besar juga. Sayang, kurang terurus kayaknya. Sisa air hujan jatuh menetesi dinding candi.
Lanjut perjalanan ke Prambanan yang ternyata sangat jauh. Aku dan Rahma bahkan ketiduran saking jauhnya. Sekitar satu jam perjalanan, akhirnya kita tiba di Prambanan. Tiket masuknya sama kayak di Borobudur. Atmosfirnya sedikit beda disini. Kalo Borobudur, tuh terasa kayaknya berada di lokasi yang jauh dari pusat keramaian, justru Prambanan sebaliknya. Bahkan samar-samar terdengar suara dari sebuah pusat perbelanjaan yang tak jauh dari lokasi Prambanan.
Berhubung waktu yang mepet, nggak nyampe 1 jam kita udah balik. Kurang puas sebenarnya tapi apa boleh buat, waktu memang terbatas. Ini, sih nggak enaknya kalo ikut tur. Lagian, kalo mau puas, sih emang harusnya menjelajah satu candi satu hari, nggak bisa kedua-duanya ditempuh dalam satu hari gini. Dan karena udah siang, udah saatnya jam makan siang. Berhubung kemarin sempat pengen makan di Mie Sop Pak Min tapi nggak jadi, hari ini pengen nyobain. Tapi sebelumnya, kita ke UGM bentar buat sekedar liat aja dan foto narsis dikit :D. Setelah itu makan mie sop yang seporsinya harganya 11k. Mie sopnya enak, segar dan isinya bebas mau pilih yang kita suka. Selesai makan langsung balik ke losmen. Selesai sudah perjalanan melelahkan di siang terik ini. Nanti malam rencananya mau ke Malioboro. Tapi sebelumnya tidur siang dulu bentar. Capek!
Sorenya malah hujan sampe malam masih rintik-rintik. Tapi berhubung ini malam terakhir di Jogja, jadi kita tetap nekat aja ke Malioboro begitu tinggal rintik-rintik hujannya. Kedua temanku mulai belanja souvenir lagi. Aku jadi tergoda juga beli 5 buah gantungan kunci lagi 10k/5 pieces. Sempat liat atraksi musik di jalan Malioboro bentar. Sebenarnya, sih pengen foto-foto di seputaran jalan Malioboro tapi berhubung rame, nggak jadi, deh! Rahma bilang besok pagi aja subuh-subuh foto-fotonya. Akhirnya selesai belanja, kita pun balik. Ngantuk, capek dan akhirnya langsung tidur begitu badan nempel ke kasur.
Wednesday, 28 January 2015 - Eleventh Day
3st Day/Last Day in Jogja
Kesiangan. Lagian juga hujan. Alhasil rencana mau foto-foto di seputaran Malioboro pun tinggal kenangan :(. Rencana hari ini ke keraton sekitar jam 10. Tapi sebelumnya beres-beres dulu sebelum check out jam 12 siang. Dengan sedikit molor jamnya, kita pun akhirnya ke keraton naik becak langganan yang kemarin. Biaya masuk ke keraton 5k. Lagi ada pertunjukan musik di keraton. Nggak tau, deh apa tiap hari ada atau nggak. Baru duduk bentar dengerin, udah diajak kedua temanku ke area lain. Ternyata nggak semua area boleh difoto, jadi sebelum mengambil gambar, baca dulu peringatan yang tertera di sekitar.
Belum puas menjelajah keratonnya tapi udah siang dan saatnya untuk balik. Tapi sebelumnya makan dulu di Pasar Karangasem yang kemarin. Sebenarnya, sih aku pengennya makan di tempat lain, tapi kedua temanku mau makan disitu. Dan lagi-lagi loteknya udah abis =..=. Dan aku pun memesan kupat tahu lagi.
To be Continued...
Friday, February 6, 2015
Diary Perjalanan Part 1
Dari tanggal 18 Januari 2015 - 3 Februari 2015, bisa dibilang aku melakukan perjalanan liburan ke Jakarta - Bekasi - Jogja - Depok - Jakarta Lagi - balik ke Medan.
Dengan budget yang hanya 2.5 juta (hasil keringat kerja keras setahun
kemarin), waktu yang mepet (temanku ngabarinnya seminggu sebelum
berangkat) dan tanpa persiapan yang matang, aku nekat ke ibu kota (baca:
liburan) sekaligus menemani temanku, Rahma mengurus berkas
kelulusan CPNS-nya. Sedikit cerita yang tertinggal ini semoga bisa
menjadi kenangan dan mungkin yang membacanya bisa mendapat pelajaran
berharga dari pengalaman yang ku dapatkan.
Sunday, 18 January 2015 - First Day
Berangkat dari rumah jam 8.00 pagi langsung menuju ke tempat temanku, Rahma untuk menuju bandara KNO. Jadwal check in sebenarnya jam 10.30 dan kita memang datang kecepatan. Lebih baik cepat daripada telat, kan?!
Jam 12.20 pesawat berangkat menuju Jakarta. Tiba di Jakarta dua jam
kemudian. Kita dijemput Oom Rahma dan langsung menuju rumah mereka di Joglo Jakarta Barat.
Dalam hati aku bilang, "Akhirnya menginjakkan kaki lagi di Jakarta".
Ya, ini ketiga kalinya ke Jakarta, tapi dulu cuma numpang lewat doang
alias transit dan ke Bekasi doang, jadi yang benar-benar ke Jakarta baru
kali ini. No planning for today.
Monday, 19 January 2015 - Second Day
Jam 06.30 pagi udah berangkat menuju Departemen Pertanian
nemenin Rahma mengurus berkas CPNS-nya. Kena macet parah. Ternyata
taksi yang kita tumpangi nggak tau jalan, alhasil malah ngambil rute
yang salah dan jadi kejauhan. Ongkos taksi jadi kena 123k. Akhirnya
nyambung naik ojek sampe ke DepTan jam 08.30. Setelah urusan Rahma
beres, aku dan dia pisah. Aku janjian dengan seseorang. Akhirnya
ngerasain naik busway juga setelah berbasah-basah ria karena hujan
rintik-rintik yang tiba-tiba datang. Baru pertama kali naik TransJakarta
malah berdiri. Mana pake high heels lagi, alhasil pegal, deh! Setelah
menempuh perjalanan sekitar 1 jam lebih, akhirnya nyampe juga ke Grand
Indonesia. Plaza yang besar dan mewah. Tapi nggak sempat
keliling-keliling, cuma nonton di Blitz doang. Akhirnya nonton di Blitz
juga *joget-joget. Eh, ternyata tiketnya cuma selembar kertas tipis
doang. Masih kerenan tiket XXI. Kebetulan mepet jadwalnya (karena jam
15.00 harus balik, temui Rahma lagi biar pulang bareng), alhasil nonton
Taken 3. Ternyata Blitz nggak beda jauh, kok dari XXI. Abis nonton,
nongkrong bentar di loungenya sembari ngerampok isi HDD. Karena Rahma
udah sibuk sms dan bbm mulu, akhirnya kita langsung cabut ke Citos
jumpain Rahma. Berhubung kalo naik busway kelamaan, akhirnya naik taksi
dan pulang ke Joglo juga naik naksi; kena 150k. Mendadak jadi orang kaya
sehari, naik taksi mulu (_ _")
Tuesday, 20 January 2015 - Third Day
Karena
tasku mendadak rusak, akhirnya berencana mau jalan ke plaza yang dekat
dari Joglo. Untung tante Rahma mau nganterin kita ke CBD (Central
Business District). Plazanya kecil. Setelah milah-milah, akhirnya beli
tas yang murah meriah aja, 120k. Jalan-jalan bentar trus pulang. Eh,
tiba-tiba hujan. Hujannya sampe sore lagi.
Wednesday, 21 January 2015 - Fourth Day
Hari ini nggak kemana-mana, di rumah aja. Lagian hujan seharian.
Thursday, 22 January 2015 - Fifth Day
Jadwal
hari ini ke Bekasi, tempat saudara Rahma. Jam 09.30 kita berangkat naik
metro mini 92 menuju halte busway Grogol. Jam 10.15 tiba dan lanjut
naik busway BBG (Bahan Bakar Gas). Tiba di UKI jam 11.26 dan langsung
nyambung naik mikrolet M.58 ke Bekasi. Begitu nyampe simpang Galaxy
Bekasi, nyambung naik mikrolet M.26 menuju Komplek Bumi Satria Kencana
(BSK). Dari situ kita jalan kaki (dan ternyata lumayan jauh) menuju ke
rumah saudara Rahma. Dana naik transportasi umum hari ini sekitar 21k.
Friday, 23 January 2015 - Sixth Day
Nggak
terasa udah hampir seminggu di kota orang. Sama sekali belum ada
menjelajah Jakarta dan sekitarnya. Apalagi hujan mulu :(. Hari ini juga
nggak kemana-mana karena hujan. Cuma malamnya doang cari makan di luar.
Makan nasi bebek. Ternyata isinya cuma nasi putih dan bebek doang plus
ketimun. Harganya lumayan mahal, 13k/porsi.
Saturday, 24 January 2015 - Seventh Day
Hari
ini aku janjian ketemuan lagi dengan someone. Perginya bareng Rahma ke
Plaza Semanggi. Melewati jembatan busway semanggi yang diklaim sebagai
jembatan busway terpanjang di daerah Jakarta (cmiiw). Kakiku sumpah pegal abis soalnya harus dua kali melewati jembatan itu. Huft! Mana pake high heels lagi. So, ladies, pikir-pikir lagi kalo mau pake high heels, ya kalo kamu naik kendaraan umum. Tujuan kita ke Epicentrum, nonton lagi :D. Tapi kali ini tontonannya bermutu, The Imitation Game. Selesai
nonton, makan di Hokben. Yeyy.. akhirnya makan di Hokben juga
*joget-joget lebay. Nyobain sukiyaki. Enak, sih tapi kayaknya bumbunya
keasinan, deh!
Sukiyaki |
Abis
makan, kita ke rumah my someone *uhuk. Naik commuter line. Akhirnya
nyobain juga naik kereta *joget-joget lagi. Karena sore, mana hari sabtu
lagi, alhasil nggak dapat tempat duduk. Kaki rasanya entah udah gimana,
pegal plus sakit karena high heels :-/. Bahkan heels bawahnya copot,
dan kalo jalan jadi bunyi *ough.
Sunday, 25 January 2015 - Eighth Day
Yes,
akhirnya kita bakal ke Jogja malam ini. Berangkat sore sekitar jam
16.30 naik angkot menuju stasiun kereta Bekasi. Dari situ ke St. Gambir.
Eh, ternyata karena sesuatu hal, kita terpaksa ke St. Pasar Senen
(PSE). Akhirnya dapat tiket ke Jogja naik kereta api bisnis Senja Utama
Yogya jam 20.55. Tiketnya mahal, 260k. Kelas ekonomi cuma beda beberapa
ribu doang, makanya pilih bisnis aja.
Subscribe to:
Posts (Atom)