Tuesday, February 14, 2012
Short Story ~ Part 1 Love
Love
“Nad, nggak ke kantin?” Tanya Tira pada Nad, teman sebangkunya. Nad tersenyum lalu mengangguk. Ketika mereka baru saja akan melangkahkan kaki keluar kelas, seorang cowok menghadang. Cowok bernama Arlon itu merupakan salah satu cowok populer dan disukai banyak cewek di sekolah ini.
“Mau kemana Nad?” sapa Arlon ramah pada cewek berlesung pipit di pipi kanannya itu.
“Kantin”
“Hmm.. nanti pulang bareng, yuk!”
“Aku duluan ke kantin, ya!” Belum sempat Nad menjawab ajakan Arlon, Tira sudah memotong duluan. Kemudian cewek itu bergegas pergi tanpa meminta persetujuan Nad. Lagi-lagi ketika Nad akan bicara, seorang cowok tinggi kurus menyenggol tangan Nad. Cowok itu menatap Nad dan Arlon sekilas lalu tatapan matanya seolah meminta sedikit jalan keluar dari tubuh Nad karena memang posisi cewek itu persis berdiri menghalangi jalan keluar kelas. Nad menatap cowok bernama Max itu lalu menyilakannya lewat.
“Gimana, Nad?” ulang Arlon.
“Hmm.. oke deh!”
“Ya udah entar ku tunggu di taman dekat parkiran, ya?” Nad mengangguk. Arlon segera berlalu dan Nad menyusul Tira ke kantin.
*
Max menatap kelasnya yang gaduh karena guru yang mengajar sedang berhalangan hadir. Lalu cowok itu menyilangkan kedua tangannya dan menghempaskan tubuhnya ke bangku. Beberapa anak cowok terlihat mendatangi meja Nad. Cewek itu memang cantik dan terkenal ramah. Dia juga pintar dan cukup popular. Banyak yang naksir cewek mungil itu, tak terkecuali teman-teman sekelasnya.
“Max, kamu nggak tertarik sama Nad?” tanya Hiro, teman sebangkunya. Max menatap Hiro.
“Kamu sendiri?” baliknya bertanya. Hiro ketawa.
“Udah kalah saingan duluan” ujarnya sambil nyengir. Max cuma mesem.
*
Pelajaran Bahasa Inggris baru saja selesai dan sekarang jam istirahat.
”Jadi kapan kita mulai ngerjain tugasnya?” tanya Nad sambil tersenyum.
”Besok” jawab Max.
”Oke, kalo gitu besok sepulang sekolah ku tunggu di perpus ya” Max mengangguk dan Nad kembali ke bangkunya. Nad dan Max baru saja dipasangkan dalam satu kelompok tugas mereview sebuah buku yang sudah ditetapkan judulnya oleh guru yang bersangkutan. Ketika Max bangkit, berpasang-pasang mata sudah menatapnya dengan tatapan ingin membunuh karena dia dipasangkan dengan Nad dalam tugas kali ini.
*
Arlon sudah menunggu di taman ketika Nad datang. Tanpa basa-basi lama, Nad langsung menaiki motor Arlon. Ketika motor akan melaju, Max dan Hiro lewat dan melihat sekilas ke arah mereka berdua.
“Wihh.. enak banget tuh cowok ngebonceng Nad!” ujar Hiro.
”Tapi kamu beruntung banget bisa satu kelompok sama Nad” lanjut Hiro. Max tak peduli dan terus berjalan menuju parkiran.
”Woii.. tunggu!” teriak Hiro sambil mengejar Max.
”Ini yang mau nebeng sapa, sih sebenarnya?” gerutu Hiro. Max nyengir.
”Turun di jalan Sakura lagi?” tanya Hiro. Max mengangguk.
*
“Max, anterin mama ke tempat tante Sisi, ya!” Max yang baru selesai makan siang, menjawab iya. Hanya butuh waktu setengah jam pulang balik dari rumah ke tempat tante Sisi balik ke rumah lagi. Max memencet remote TV malas-malasan. Tiba-tiba bel berbunyi.
“Hai!” sapa seorang cewek sambil tersenyum. Nampak sebuah lesung pipit di pipinya. Max membuka lebar pintu rumah.
“Sendirian?” Max mengangguk.
“Tante mana?”
“Ke tempat tante Sisi” Max masuk diikuti cewek itu. Cewek itu pun duduk di samping Max yang melanjutkan nontonnya.
“Sorry, ya sayang tadi aku terpaksa mengiyakan ajakan Arlon soalnya nggak enak udah berkali-kali ku tolak” kata cewek itu yang tak lain adalah Nad. Max cuma manggut-manggut.
“Nggak marah kan?” Max menggeleng dan tatapannya tetap lurus ke depan tivi.
“Cemburu, ya?” goda Nad.
“Nggak!” jawab Max hampir berteriak karena pinggangnya terasa geli akibat Nad sudah sukses menggelitikinya.
”Tapi aku senang banget kita bisa satu kelompok. Jadi waktu kebersamaan kita makin banyak. Asik!” Nad tersenyum lebar, sementara Max cuma nyengir.
”Apa kamu tahu kalo cowok-cowok di kelas pengen nelan aku hidup-hidup karena aku satu kelompok sama kamu?”
”Tau kok!”
”Bangga?”
”Iya donk! Aku kan primadona kelas dan cowok-cowok itu mengagumiku. Trus...” Belum sempat Nad melanjutkan omongannya, Max sudah mengacak-acak rambutnya dan menggelitikinya.
**
Labels:
Cerita Pendek,
Cerpen,
Short Story
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment